Sasuke's Mangekyō Sharingan

Sabtu, 15 Juni 2013

Review: Java Heat (2013)

java-heat-aji-130417b
Setelah demam The Raid tahun lalu yang berhasil menembus Hollywood, hanya tinggal menunggu waktu sebelum Hollywood diajak kerja sama dengan Indonesia. Tidak perlu menunggu lama, tahun ini kita sudah menerima paketnya, dalam bentuk Java Heat. Sebuah film kerja sama Hollywood-Indonesia yang dibintangi oleh Kellan Lutz (Twilight Saga), Mickey Rourke (Iron Man 2, Expendables 2), dan beberapa bintang top Indonesia seperti Ario Bayu, Rio Dewanto, dan Atiqah Hasiholan. Meski berembel ‘Holiwut’ jangan berharap film ini seperti film Amerika lainnya yang biasa Anda tonton di bioskop.
Bercerita mengenai Jake (Kellan Lutz) seorang asisten dosen yang pergi ke Indonesia untuk urusan sejarah seni Indonesia. Rupanya, Jake menjadi saksi kunci sebuah bom bunuh diri yang menewaskan Sultana (Atiqah Hasiholan). Parahnya, Sultana meninggal sembari mengenakan kalung senilai 7 juta dollar. Film dimulai oleh Hashim (Ario Bayu) yang sedang menginterogasi Jake, namun Hashim sadar, bahwa Jake memendam sebuah rahasia lebih dari sekedar seorang asisten dosen. Oh, iya ada Mickey Rourke sebagai penjahat.
Hmm.. saya rasa Anda tidak peduli dengan spoiler untuk film seperti ini. So here we go..
Come on! Asisten dosen dengan otot sebesar itu? Hal bodoh #1. Entah dimaksudkan sebagai twist atau tidak, tapi hal yang satu ini mudah sekali ditebak. Ario Bayu beserta cast lainnya yang bahasa inggrisnya hancur? Hal konyol #1. Tersia-sianya bakat Rio Dewanto di film ini? Hal Bodoh #2. Mickey Rourke yang ikut disia-siakan? Hal bodoh #3-#4359
Ini semua pada dasarnya ada di kesalahan casting. Mereka tahu mereka akan membuat film berbahasa Inggris menggunakan aktor orang Indonesia. Jadi carilah aktor yang pronounciationnya bagus atau paling tidak setara dengan Atiqah Hasiholan. Belum lagi para aktor rata-rata berbahasa Inggris seperti baca Al-Quran. Muka serius tapi (terkesan) mereka tidak mengerti dan meresapi apa yang mereka bicarakan. Terutama buat Ario Bayu. Karakternya vital, namun antara mulut dan raut ekspresinya berbanding terbalik. Dia bukanlah aktor yang jelek, namun untuk memerankan seorang polisi yang berbicara bahasa Inggris terus-terusan adalah sebuah kesalahan fatal. Karakternya terlalu berbau pretensius dan tiap kalimat yang keluar dari mulutnya tidak meyakinkan. Apalagi chemistry-nya dengan Kellan Lutz yang benar-benar tidak ada, padahal Java Heat mulai dari pertengahan film menjadi buddy-cop movie. Bila ada satu kelebihan Ario Bayu dalam film ini yaitu adalah membuat Kellan Lutz seperti aktor pemenang Oscar.
JAVA-HEAT-Image-10-535x356
Okelah, mari kita maafkan saja kasus bahasa Inggrisnya. Tapi Java Heat masih punya kekurangan lain untuk ditawarkan seperti kebodohan-kebodohan karakternya (yang bila saya jabarkan akan memakan berhalaman) dan plot hole di mana-mana. Memindahkan harta Sultan hanya dikawal 4 orang? Come on. Adegan terakhir di mana mereka menyembunyikan para tahanannya di Borobudur saat ada perayaan besar-besaran? Gudang tua lebih cocok. Perbincangan antara 2 orang Indonesia tapi menggunakan bahasa Inggris? Come on. Belum lagi yang seperti saya bilang, penyian-nyiaan karakter Mickey Rourke. Di sini ia dibuat seolah-olah seperti orang jahat yang benar-benar kejam, tapi sepertinya bodoh. Karena seingat saya sepanjang film ia hanya mempunyai 1 anak buah sepanjang film. Yang mana juga ia bunuh di pertengahan film. Ini ditambah fakta bahwa Mickey Rourke tidak terlihat se-menacing itu. I’ll blame the script too for making him look bad (in a bad way).
Ya, tapi masa nggak ada kelebihannya sih? Ada pastinya. Pertama Jogjakarta sebagai setting cerita berhasil ditawarkan lewat visual dan sinematografi yang indah. Dari segi technicalnya sendiri saya tidak mempunyai keluhan. Adegan ledakan, tembak-tembakan atau darah muncrat disajikan dengan baik. Tapi kalau Anda menonton sebuah film hanya untuk alasan seperti itu, saya sarankan Anda menonton Discovery Channel saja.
Sebenarnya, yang saya sayangkan adalah Java Heat bisa menjadi film yang baik. Maksud saya, jelas Java Heat mempunyai budget yang besar. Bahkan sepertinya lebih besar daripada The Raid. Tapi itu semua seperti dihambur-hamburkan demi mendapatkan dua nama top (OKAY, Satu setengah nama top) yang akhirnya juga dibawa tenggelam dengan kebodohan script dan aktor Indonesianya.

In the end, Java Heat was a complete mess.

1 komentar:

  1. Both the Uber and UberEats apps have an instant driver identification feature that requires drivers to check their identity by taking a selfie inside the app. After every 2 to 4 online sessions, or if the app detects any suspicious user behaviour, the app will ask drivers to verify their identity.

    Since a few entrepreneurs prefer simple taxi apps, taxi app development companies aren't wasting time and money developing a special Uber Clone script that provides ultimate convenience and user experience to both passengers and drivers.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.